Sunday 12 March 2017

NOVEL OREGAIRU

| |
1 comments
OREGAIRU

Prolog

"Menilik Kembali Masa-Masa di SMA"
Karya Hachiman Hikigaya, Kelas 2-F

YahariLoveCom v1-011.png

Masa remaja tak lain hanyalah sebuah kebohongan — sesuatu yang jahat.
Mereka yang terpersona olehnya senantiasa tertipu oleh diri mereka sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Mereka membenamkan diri mereka ke dalam keramaian, lalu berkubang dalam 'pengakuan' orang lain. Bahkan parahnya sebuah kegagalan atau hal semacamnya, justru dianggap sebagai salah satu 'penanda' dari masa remaja — yang seluruhnya membekas ke dalam lembar kenangan masing-masing dari mereka.
Salah satu dari sekian contoh.
Kegiatan yang terkait dengan masa remaja, sebut saja, tindak kriminal seperti mengutil ataupun tawuran, hanya akan dicap sebagai 'kenakalan remaja'.
Kegagalan yang mereka alami saat ujian sekolah, hanya akan disangkal dengan ucapan, "Sekolah tak lebih dari sekadar tempat untuk belajar".
Dengan mengatasnamakan 'masa remaja', mereka mampu memutarbalikkan segala bentuk norma atau hal yang sudah berlaku di masyarakat. Bagi mereka, kebohongan, rahasia, kejahatan, bahkan kegagalan sekalipun, mereka anggap sebagai 'bumbu penyedap' dari 'masa remaja'. Segala kecacatan maupun keburukan dari perbuatan tersebut, mereka cap sebagai pengecualian semata. Sedangkan, kumpulan dari setiap kegagalan itu mereka anggap sebagai bagian dari indahnya masa remaja. Dan mereka mencap segala yang bukan 'hasil' dari masa remaja tersebut, tak lain sebagai 'kegagalan' itu sendiri.
'Kegagalan' yang menjadi penanda dari masa remaja itu, bukankah bisa dianggap pula sebagai 'esensi masa remaja' bagi 'mereka yang tak bisa berteman'? Kesemuanya itu penuh dengan standar ganda.[1]
Oleh karenanya, hal tersebut hanyalah omong kosong. Sebuah kebohongan, dusta, hal yang ditutup-tutupi, serta kecurangan yang pantas untuk dikutuk.
MEREKA sesuatu yang jahat.
Oleh karenanya, tersembunyi keadilan sejati, yang sifatnya paradoks,[2] bagi mereka yang menghindari 'masa remaja'.
Kesimpulan yang bisa kutarik:

RIAJUU,[3] MELEDAK SAJA KAU SANA.[4]



Catatan Penerjemah

  • 1. Standar yang perlakuannya berbeda, tergantung pihak yang dikenainya. Contoh: Perempuan dianggap layaknya perhiasan yang terjaga apabila ia masih perawan, tetapi akan berbeda anggapannya jika terhadap laki-laki yang masih perjaka (biasanya malah dianggap payah).

  • 2. Pernyataan yang seolah-olah bertentangan/berlawanan dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran.

  • 3. Istilah yang dipakai sang penulis untuk menggambarkan orang-orang yang diberkahi oleh sempurnanya kehidupan remaja mereka.

  • 4. Semacam sindiran yang beredar di internet - リア充爆発しろ!, Riajuu, bakuhatsu shiro! - berdasarkan lagu yang dibawakan Hatsune Miku (Vocaloid), kurang lebih isinya sama seperti, "MATI AJE LOE".
    Read More